Jenis Pengendalian Sosial

Jenis Pengendalian Sosial : Pengendalian sosial merupakan suatu mekanisme yang diterapkan oleh masyarakat untuk menjaga keteraturan dan keharmonisan hubungan antarindividu.

Hal ini menjadi suatu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari, yang memungkinkan terciptanya tatanan sosial yang stabil.

Dalam konteks ini, terdapat berbagai jenis pengendalian sosial yang memiliki peran khas dalam membentuk perilaku dan norma di masyarakat.

Jenis Pengendalian Sosial: Pahami dan Implementasikan dalam Kehidupan Sehari-hari

Jenis Pengendalian Sosial

1. Pengendalian Formal

Pengendalian formal adalah suatu bentuk tindakan atau aturan yang diatur dan ditegakkan oleh lembaga atau otoritas resmi dalam masyarakat.

Jenis pengendalian ini bersifat formal karena melibatkan struktur resmi, seperti hukum, peraturan, atau norma-norma yang diakui secara resmi. Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan pengendalian sosial formal:

– Hukum dan Peraturan Resmi

Hukum dan peraturan resmi adalah bentuk utama dari pengendalian formal. Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga legislatif memiliki tujuan untuk mengatur perilaku masyarakat dan memberikan sanksi hukum terhadap pelanggaran yang terjadi.

– Norma Etika Profesional

Pengendalian formal juga terjadi dalam konteks norma etika di berbagai profesi. Profesi tertentu menetapkan norma-norma etika yang harus diikuti oleh anggotanya. Pelanggaran norma etika ini dapat mengakibatkan sanksi disiplin atau pencabutan hak profesi.

– Peraturan Organisasi dan Institusi

Setiap organisasi atau institusi memiliki peraturan internal yang harus diikuti oleh anggotanya. Pengendalian formal di tingkat organisasi mencakup peraturan-peraturan internal yang diterapkan untuk menjaga disiplin dan ketertiban di dalam lingkungan kerja atau kelompok.

– Sistem Peradilan dan Penegakan Hukum

Pengendalian formal juga terjadi melalui sistem peradilan dan penegakan hukum. Proses peradilan digunakan untuk menilai kasus-kasus pelanggaran hukum dan memberikan keputusan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan.

– Pendidikan Formal dan Kurikulum Sekolah

Pendidikan formal juga memiliki peran dalam pengendalian sosial. Kurikulum sekolah mencakup pembelajaran norma-norma sosial, etika, dan nilai-nilai yang diharapkan untuk diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

– Kode Etik Profesi

Banyak profesi memiliki kode etik yang merinci norma-norma dan prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh para anggotanya. Kode etik ini bersifat formal dan memberikan pedoman bagi perilaku yang diharapkan dalam praktik profesional.

– Sertifikasi dan Lisensi

Dalam beberapa profesi, individu perlu mendapatkan sertifikasi atau lisensi untuk dapat menjalankan pekerjaan mereka. Sertifikasi dan lisensi ini dapat dicabut jika individu tersebut melanggar norma-norma atau etika yang berlaku dalam profesi tersebut.

Pengendalian formal adalah bagian integral dari sistem sosial yang membantu menjaga keteraturan dan keadilan dalam masyarakat. Dengan adanya struktur formal ini, diharapkan masyarakat dapat berfungsi secara teratur dan sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan.

2. Pengendalian Informal

Pengendalian sosial informal merujuk pada berbagai mekanisme pengaturan perilaku dalam masyarakat tanpa melibatkan lembaga atau aturan resmi. Jenis pengendalian ini lebih bersifat tidak langsung dan sering kali terjadi melalui interaksi antarindividu. Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan pengendalian sosial informal:

– Norma-Norma Sosial

Norma-norma sosial merupakan aturan-aturan tidak tertulis yang diikuti oleh masyarakat. Pengendalian sosial informal terjadi ketika individu merasa terdorong untuk mengikuti norma-norma ini agar dapat diterima dan diperhatikan oleh kelompok sosialnya.

– Gosip dan Opini Masyarakat

Gosip dapat berperan sebagai bentuk pengendalian sosial informal dengan cara menyebarkan informasi atau pendapat mengenai perilaku seseorang. Opini masyarakat yang terbentuk melalui gosip dapat memengaruhi cara individu tersebut berinteraksi dan bersikap dalam masyarakat.

– Tekanan Sosial

Tekanan sosial dapat berasal dari keluarga, teman-teman, atau kelompok sosial lainnya. Meskipun tidak bersifat formal, tekanan sosial dapat memengaruhi keputusan dan perilaku individu karena adanya keinginan untuk diterima atau diakui oleh kelompok tersebut.

– Tradisi dan Adat Istiadat

Tradisi dan adat istiadat juga berperan dalam pengendalian sosial informal. Individu cenderung mengikuti norma-norma yang telah diwariskan melalui tradisi keluarga atau masyarakat untuk menjaga harmoni dan keberlanjutan budaya.

– Teori Labeling

Teori labeling menekankan bahwa individu cenderung menginternalisasi label atau stigmatisasi yang diberikan oleh masyarakat. Pengendalian sosial informal terjadi ketika seseorang mencoba untuk menghindari label buruk atau stigma dengan mematuhi norma-norma sosial.

– Sanksi Sosial

Meskipun tidak resmi, sanksi sosial dapat menjadi bentuk pengendalian sosial informal. Ini dapat berupa penolakan, pengucilan, atau perlakuan kurang baik dari masyarakat sebagai tanggapan terhadap perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

– Model Perilaku

Pengendalian sosial informal dapat terjadi melalui pemodelan perilaku, di mana individu cenderung meniru atau mengadopsi perilaku orang-orang yang dianggap sebagai panutan atau memiliki posisi sosial yang dihormati.

Pengendalian sosial informal memainkan peran penting dalam membentuk dan memelihara tatanan sosial. Meskipun tidak memiliki kekuatan hukuman formal, mekanisme ini berkontribusi dalam membentuk norma-norma dan nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat.

3. Pengendalian Sosial Positif

Pengendalian sosial positif adalah suatu pendekatan dalam masyarakat yang menitikberatkan pada penguatan perilaku positif dan memberikan penghargaan terhadap tindakan yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui.

Tujuan dari pengendalian sosial positif ini adalah untuk mendorong individu atau kelompok untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap positif oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan pengendalian sosial positif:

– Penguatan Positif dan Penghargaan

Pengendalian sosial positif melibatkan pemberian penguatan positif dan penghargaan terhadap perilaku yang dianggap sesuai dengan norma-norma sosial. Bentuk penghargaan ini dapat berupa pujian, pengakuan, atau insentif lain yang mendorong individu untuk terus melakukan tindakan positif.

– Promosi Nilai-Nilai Positif

Pengendalian sosial positif juga melibatkan promosi nilai-nilai positif dalam masyarakat. Dengan menyebarkan nilai-nilai seperti kerjasama, toleransi, dan empati, diharapkan masyarakat akan terdorong untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma yang mendukung keharmonisan.

– Program Pendidikan dan Kesadaran

Program pendidikan dan kesadaran dapat menjadi sarana pengendalian sosial positif. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai yang dihargai dan mengajarkan cara menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang positif.

– Pengembangan Keterampilan Sosial

Pengendalian sosial positif dapat dilakukan dengan mengembangkan keterampilan sosial individu. Ini termasuk pembelajaran tentang cara berkomunikasi yang efektif, penyelesaian konflik secara konstruktif, dan pengembangan keterampilan lain yang mendukung interaksi sosial yang positif.

– Partisipasi dalam Kegiatan Sosial

Melibatkan diri dalam kegiatan sosial dapat menjadi bentuk pengendalian sosial positif. Aktivitas seperti gotong royong, kegiatan amal, atau kegiatan masyarakat lainnya dapat memperkuat ikatan sosial dan mendorong individu untuk berkontribusi secara positif.

– Penghargaan Publik dan Pengakuan Masyarakat

Pengendalian sosial positif juga dapat terjadi melalui penghargaan publik dan pengakuan dari masyarakat. Pemberian penghargaan atau pengakuan di forum publik dapat memberikan dorongan positif dan menjadi contoh bagi yang lain untuk mengikuti.

Pengendalian sosial positif bertujuan untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendukung perkembangan positif individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan fokus pada penguatan perilaku positif, diharapkan dapat tercipta budaya masyarakat yang lebih harmonis dan produktif.

4. Pengendalian Sosial Yg Buruk

Pengendalian sosial buruk adalah suatu bentuk tindakan atau sanksi yang diterapkan oleh masyarakat atau pihak berwenang terhadap individu atau kelompok yang melanggar norma-norma sosial atau aturan yang berlaku.

Tujuan dari pengendalian sosial buruk ini adalah untuk mencegah perilaku yang dianggap merugikan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa aspek terkait dengan pengendalian sosial tidak baik:

– Hukuman dan Sanksi Hukum

Pengendalian sosial buruk sering kali melibatkan pengenaan hukuman atau sanksi hukum terhadap individu yang melanggar aturan. Hukuman seperti denda, kurungan, atau hukuman lainnya diharapkan dapat menciptakan efek jera dan mencegah individu melakukan pelanggaran yang serupa di masa depan.

– Stigma Sosial dan Penolakan Masyarakat

Individu yang melanggar norma-norma sosial dapat mengalami stigma sosial, di mana masyarakat menilai mereka dengan pandangan buruk. Penolakan sosial ini dapat berupa isolasi, kehilangan dukungan, atau perlakuan tidak adil dari masyarakat yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma yang diakui.

– Boikot atau Pemboikotan

Pemboikotan adalah bentuk pengendalian sosial buruk di mana masyarakat atau kelompok memutuskan untuk tidak berinteraksi atau berbisnis dengan individu atau entitas yang dianggap melanggar norma-norma sosial. Boikot ini dapat memberikan tekanan ekonomi dan sosial sebagai akibat dari tindakan yang dianggap tidak etis atau tidak sesuai dengan nilai-nilai bersama.

– Penarikan Hak atau Privilégia

Pengendalian sosial buruk juga dapat melibatkan penarikan hak atau privilégia tertentu dari individu yang melanggar aturan. Misalnya, pencabutan izin, hak memegang jabatan tertentu, atau penarikan keanggotaan dari suatu organisasi sebagai sanksi atas perilaku yang melanggar norma.

– Hukuman Sosial di Ruang Daring (Online)

Dalam era digital, pengendalian sosial juga dapat terjadi di ruang daring. Komentar (-), boikot virtual, atau penghentian kerjasama dalam platform media sosial dapat menjadi bentuk hukuman sosial terhadap individu atau perusahaan yang dianggap melanggar etika atau norma-norma sosial dalam lingkungan daring.

– Demonstrasi atau Protes

Protes atau demonstrasi masyarakat adalah bentuk pengendalian sosial yg tidak bagus di mana kelompok atau individu menyuarakan ketidakpuasan terhadap perilaku atau kebijakan yang dianggap tidak etis atau merugikan. Demonstrasi ini dapat menciptakan tekanan publik dan menggiring opini masyarakat terhadap perubahan atau tindakan tertentu.

Pengendalian sosial buruk, meskipun dapat memberikan efek jera, juga perlu diimbangi dengan pendekatan yang adil dan proporsional. Tujuan utamanya adalah menciptakan tatanan sosial yang adil dan harmonis dengan mendorong individu untuk mematuhi norma-norma yang telah disepakati bersama.

5. Pengendalian Sosial Internal

Pengendalian sosial internal merujuk pada kemampuan individu untuk mengatur diri sendiri dan mengikuti norma-norma sosial tanpa adanya tekanan atau pengawasan dari pihak luar. Dalam konteks ini, pengendalian ini bersumber dari nilai-nilai internal, keinginan untuk berperilaku sesuai dengan norma, dan tanggung jawab pribadi.

Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan pengendalian sosial internal:

– Pembentukan Karakter dan Etika Pribadi

Pengendalian sosial internal tercermin dalam pembentukan karakter dan etika pribadi. Individu yang memiliki kesadaran moral dan integritas tinggi cenderung mematuhi norma-norma sosial sebagai bagian dari nilai-nilai internal yang telah diterima dan dikuatkan seiring waktu.

– Tanggung Jawab Pribadi

Tanggung jawab pribadi memainkan peran kunci dalam pengendalian sosial internal. Individu yang merasa bertanggung jawab terhadap tindakan dan keputusan pribadinya cenderung melakukan introspeksi diri dan menyesuaikan perilaku agar sesuai dengan norma yang berlaku.

– Pengembangan Kesadaran Moral

Kesadaran moral merupakan elemen penting dari pengendalian sosial internal. Dengan memiliki kesadaran moral yang kuat, individu dapat mengidentifikasi perbedaan antara benar dan salah, serta memilih untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma moral yang dipegang.

– Penghargaan terhadap Dampak Sosial

Individu yang mampu melakukan pengendalian sosial internal cenderung memahami dampak sosial dari tindakan mereka. Mereka secara sadar mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka dapat memengaruhi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.

– Pembentukan Nilai-Nilai Positif

Pembentukan nilai-nilai positif, seperti toleransi, empati, dan keadilan, juga merupakan bagian dari pengendalian sosial internal. Individu yang mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari cenderung berperilaku sesuai dengan norma-norma yang mendukung kesejahteraan bersama.

– Kesadaran terhadap Norma-Norma Sosial

Pengendalian sosial internal melibatkan kesadaran individu terhadap norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Individu yang memiliki pemahaman yang baik terhadap aturan dan norma ini lebih mungkin untuk mengikuti pedoman tersebut tanpa tekanan eksternal.

Pengendalian sosial internal membawa dampak positif dalam membentuk masyarakat yang disiplin dan harmonis. Ketika individu mampu mengendalikan dirinya sendiri, tercipta suatu lingkungan di mana norma-norma sosial dihargai dan diterapkan secara sukarela. Kesadaran internal ini memberikan kontribusi penting terhadap pembentukan karakter dan keberlanjutan nilai-nilai positif dalam masyarakat.

6. Pengendalian Sosial Eksternal

Pengendalian sosial eksternal merupakan suatu bentuk pengaruh atau intervensi dari pihak luar terhadap individu atau kelompok dalam masyarakat. Dalam konteks ini, pengawasan eksternal diterapkan untuk memastikan bahwa perilaku individu sesuai dengan norma, aturan, dan nilai yang berlaku dalam suatu komunitas.

Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan pengendalian sosial eksternal:

– Peran Keluarga

Keluarga merupakan unit pertama tempat individu mengenal norma dan nilai-nilai masyarakat. Pengendalian sosial eksternal oleh keluarga dapat melibatkan pengajaran nilai moral, norma etika, dan aturan-aturan yang harus diikuti oleh anggota keluarga. Disiplin dalam rumah tangga juga menjadi bentuk pengendalian sosial eksternal untuk membentuk karakter individu.

– Peran Pendidikan

Sekolah atau lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam pengendalian sosial eksternal. Aturan sekolah, kode etik, dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh lembaga pendidikan membentuk perilaku siswa. Guru dan staf pendidikan juga berperan dalam memberikan arahan dan sanksi terhadap perilaku yang tidak sesuai norma.

– Peran Hukum dan Keadilan

Pengendalian sosial eksternal juga tercermin melalui sistem hukum dan keadilan. Hukum dibuat untuk memberikan panduan tentang perilaku yang diterima dan melibatkan sanksi jika aturan tersebut dilanggar. Proses peradilan dan penegakan hukum menjadi instrumen eksternal untuk menjaga ketertiban sosial.

– Pengaruh Media Massa

Media massa, seperti televisi, radio, dan internet, memiliki peran besar dalam membentuk opini dan perilaku masyarakat. Pengendalian sosial eksternal melalui media massa terjadi melalui penyampaian informasi, norma, dan nilai yang dapat memengaruhi pandangan dan tindakan individu.

– Peran Masyarakat dan Lingkungan Sosial

Masyarakat secara keseluruhan juga turut berperan dalam pengendalian sosial eksternal. Pandangan dan norma-norma sosial yang dipegang bersama memainkan peran dalam memberikan tekanan sosial terhadap individu yang melanggar norma. Stigma sosial dan penolakan dari masyarakat bisa menjadi sanksi eksternal.

– Peran Pemerintah

Pemerintah memiliki peran dalam memberlakukan aturan-aturan yang mencakup seluruh masyarakat. Kebijakan, peraturan, dan hukum yang diterapkan oleh pemerintah bertujuan untuk menjaga ketertiban dan keadilan sosial.

Pengendalian sosial eksternal merupakan bagian integral dari upaya menjaga keseimbangan dan ketertiban dalam masyarakat. Meskipun pengaruh ini bersifat dari luar, namun memiliki dampak yang signifikan terhadap pembentukan karakter dan perilaku individu dalam lingkungan sosialnya.

Kesimpulan :

Pengendalian sosial menjadi pondasi dalam membangun masyarakat yang harmonis dan beradab. Dengan memahami berbagai jenis pengendalian sosial ini, diharapkan kita dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan bersama.

Selain itu, kesadaran akan pengendalian sosial dapat menjadi pijakan untuk membangun hubungan antarindividu yang lebih baik dan memperkuat nilai-nilai positif dalam masyarakat.

Related Posts
Tutorial Make Up Kondangan Tahan Lama yang Awet Seharian!
tutorial make up kondangan tahan lama

Tips makeup kondangan tahan lama untuk tampil sempurna sepanjang acara. Rahasia kecantikan untuk penampilan yang memesona. Pernikahan adalah salah satu Read more

Inilah Cara Mencairkan BPJS Ketenagakerjaan dengan Mudah
Cara Mencairkan BPJS Ketenagakerjaan

Cara Mencairkan BPJS Ketenagakerjaan: Panduan lengkap untuk proses pencairan dana BPJS ketenagakerjaan dengan mudah dan cepat. BPJS Ketenagakerjaan adalah program Read more